Friday, March 5, 2010

intermezo pagi.

Sebenernya kejadian ini udah dari dua hari lalu. tapi baru sempet posting sekarang. hhe.

Rabu, 03 Maret 2010.
Pagi ini saya ke kampus pake angkot. Seperti biasa daerah Cicaheu luar biasa, maklum terminal. Tapi pagi ini tidak hanya terminal yang bikin macet. ada penyebab lain, yaitu angkot mogok. Rupanya orang-orang lagi didera sindrom harus sampai tujuan dengan segera. Klakson pun berbalas-balas. Buyinya nyaring menembus kabut yang memang hari itu cukup padat. Berbeda dengan keadaan bapak supir angkot yang mobilnya mogok. Dia berusaha mendorong mobilnya menjauhi tengah jalan, dibantu oleh seorang penjual asongan. Keringat pun bercucuran, meski dari jarak yang cukup jauh saya bisa lihat itu. bajunya basah oleh keringat. Tapi dia terus mendorong, apalagi dengan bunyi klakson yang semakin tinggi. Pasti yang ada dipikiran bapak Angkot itu adalah "HARUS CEPAT-CEPAT KEPINGGIR". Akhirnya setelah sekitar 15 menit, angkot mulai sampai dipinggir. Bunyi klakson masih nyaring terdengar. Bapak supir angkot lalu balik badan, sambl mengatupkan dua tangannya dia sedikit menunduk dan tersenyum minta maaf. Kontan suara klakson mulai berhenti. Orang-orang mungkn sadar serentak, bahwa bukan salah Bapak angkot, angkotnya mogok, bukan maunya si Bapak kalo angkotnya susah didorong. Lagipula mereka hanya menuntut tanpa memberi kontribusi bantuan apapun. Tapi supir angkot itu tetap merasa bersalah dan akhirnya minta maaf.

Saat itu mood saya lagi jelek-jeleknya. Sedang marasa bahwa dunia itu serba salah. Tapi dengan adanya kejadian supir angkot tadi saya sadar bahwa saya masih beruntung dan masih ada yang keadaannyajauh di bawah kita. Hal tersebut membuktikan bahwa Tuhan selalu punya cara tersendiri untuk memberikan makna, menyadarkan kita.

Bukannya mensyukuri apa yang terjadi terhadap Bapak angkot, tapi saya mensyukuri dengan adanya kejadian tersebut, hati saya jadi ringan dan memandang hari Rabu tersebut dengan lebih positif.

No comments:

Post a Comment